Kisah Sahabat Nabi Abu Bakar Ash-Shiddiiq
Kisah Sahabat Nabi Abu Bakar Ash-Shiddiiq. Nama lengkap dia yakni Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amru bin Ka`ab bin Sa`ad bin Taim bin Murrah bin Ka`ab bin Lu`ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at Taimi radhiyallahu`anhu. Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Abu Bakar yakni shahabat Rasulullah shalallahu`alaihi was salam yang telah menemani Rasulullah sejak awal diutusnya dia sebagai Rasul , dia termasuk orang yang awal masuk Islam. Abu Bakar memiliki julukan “Ash-Shiddiq” dan “Atiq”.
Ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” alasannya yakni pada saat terjadi peristiwa isra` mi`raj , orang mendustakan kejadian tersebut , sedangkan Abu Bakar langsung membenarkan. Tuhan menjelaskan dalam Al-Qur`an , yaitu dalam firmanNya :
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu , bahwa Rasulullah duduk di mimbar , lalu bersabda :
Rasulullah bersabda :
Tuhan telah berfirman :
Maka Abu Quhafah bangkit dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya saat unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “Wahai ayahku , janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah menyerupai Attab bin Usaid , Suhail bin Amru , Ikrimah bin Abi Jahal , dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “Wahai Atiq (julukan Abu Bakar) , mereka itu yakni orang-orang (yang baik). Oleh alasannya yaitu itu , jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku , tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat , tentu saja gue tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Sumber :
Sumber https://cintasunnahku.blogspot.com
Ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar dijuluki “ash-Shiddiq” alasannya yakni pada saat terjadi peristiwa isra` mi`raj , orang mendustakan kejadian tersebut , sedangkan Abu Bakar langsung membenarkan. Tuhan menjelaskan dalam Al-Qur`an , yaitu dalam firmanNya :
“…sedang dia salah seorang dari dua orang saat keduanya berada dalam gua , di waktu dia berkata kepada sahabatnya: `Janganlah kau berduka cita , sesungguhnya Tuhan beserta kita’.” (QS at-Taubah : 40)Aisyah , Abu Sa’id dan Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini mengatakan :
“Abu Bakar-lah yang mengiringi Nabi dalam gua tersebut.”Tuhan juga berfirman :
“Dan orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya , mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (az-Zumar : 33)Al-Imam adz-Dzahabi setelah membawakan ayat ini dalam kitabnya al-Kabaa`ir , dia meriwayatkan bahwa Ja`far Shadiq berujar :
”Tidak ada perselisihan lagi bahwa orang yang datang dengan membawa kebenaran yakni Rasulullah , sedangkan yang membenarkannya yakni Abu Bakar. Masih adakah keistimeaan yang melebihi keistimewaannya di tengah-tengah para Shahabat?”Dari Amru bin al-Ash radhiyallahu`anhu , bahwa Rasulullah mengutusnya atas pasukan Dzatus Salasil :
“Aku lalu mendatangi dia dan bertanya“Siapa manusia yang paling engkau cintai?” dia bersabda : ”Aisyah” gue berkata : “kalau dari lelaki?” dia menjawab : “ayahnya (Abu Bakar)” gue berkata : “lalu siapa?” dia menjawab: “Umar” lalu menyebutkan beberapa orang lelaki.” (HR.Bukhari dan Muslim)“Sesungguhnya Tuhan telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya , sebagaimana Dia menyebabkan Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Dan jikalau saja gue mengambil dari umatku sebagai kekasih , akan gue jadikan Abu Bakar sebagai kekasih.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Sa`id radhiyallahu`anhu , bahwa Rasulullah duduk di mimbar , lalu bersabda :
”Sesungguhnya ada seorang hamba yang diberi pilihan oleh Tuhan , antara diberi kemewahan dunia dengan apa yang di sisi-Nya. Maka hamba itu memilih apa yang di sisi-Nya” ,lalu Abu bakar menangis dan menangis , lalu berkata :
”Ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu”. Abu Sa`id berkata : “Yang dimaksud hamba tersebut yakni Rasulullah , dan Abu Bakar yakni orang yang paling tahu diantara kami”.Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya orang yang paling banyak memperlihatkan pertolongan kepadaku dengan harta dan persahabatannya yakni Abu Bakar. Andaikan gue boleh mengambil seorang kekasih (dalam riwayat lain ada perhiasan : “selain rabb-ku”) , niscaya gue akan mengambil Abu Bakar sebagai kekasihku. Tetapi ini yakni persaudaraan dalam Islam. Tidak ada di dalam masjid sebuah pintu kecuali telah ditutup , melainkan hanya pintu Abu Bakar saja (yang masih terbuka).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Tuhan telah mengutusku kepada kalian semua. Namun kalian malah berkata `kamu yakni pendusta’. Sedangkan Abu Bakar membenarkan (ajaranku). Dia telah membantuku dengan jiwa dan hartanya. Apakah kalian akan meninggalkan gue (dengan meninggalkan) shahabatku?” Rasulullah mengucapkan kalimat itu 2 kali. Sejak itu Abu bakar tidak pernah disakiti (oleh seorangpun dari kaum muslimin). (HR. Bukhari)
Masa Kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiiq
Dalam riwayat al-Bukhari diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu`anha , bahwa saat Rasulullah wafat , Abu Bakar datang dengan menunggang kuda dari rumah dia yang berada di daerah Sunh. Beliau turun dari hewan tunggangannya itu kemudian masuk ke masjid. Beliau tidak mengajak seorang pun untuk berbicara hingga kesannya masuk ke dalam rumah Aisyah. Abu Bakar menyingkap wajah Rasulullah yang ditutupi dengan kain kemudian mengecup keningnya. Abu Bakar pun menangis kemudian berkata : “demi ayah dan ibuku sebagai tebusanmu , Tuhan tidak akan menghimpun dua selesai hidup pada dirimu. Adapun selesai hidup yang telah ditetapkan pada dirimu , berarti engkau memang sudah meninggal.”Kemudian Abu Bakar keluar dan Umar sedang berbicara dihadapan orang-orang. Maka Abu Bakar berkata : “duduklah wahai Umar!” Namun Umar enggan untuk duduk. Maka orang-orang menghampiri Abu Bakar dan meninggalkan Umar. Abu Bakar berkata : “Amma bad`du , barang siapa diantara kalian ada yang menyembah Muhammad , maka sesungguhnya Muhammad telah mati. Kalau kalian menyembah Tuhan , maka sesungguhnya Tuhan Maha Hidup dan tidak akan pernah mati.Tuhan telah berfirman :
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul , sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kau berbalik ke belakang (murtad)? barangsiapa yang berbalik ke belakang , maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Tuhan sedikitpun , dan Tuhan akan memberi jawaban kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS Ali Imran : 144)Ibnu Abbas radhiyallahu`anhuma berkata :
“Demi Tuhan , seperti orang-orang tidak mengetahui bahwa Tuhan telah menurunkan ayat ini hingga Abu Bakar membacakannya. Maka semua orang menerima ayat Al-Qur`an itu , tak seorangpun diantara mereka yang mendengarnya melainkan melantunkannya.”Sa`id bin Musayyab rahimahullah berkata : bahwa Umar saat itu berkata :
“Demi Tuhan , sepertinya gue baru mendengar ayat itu saat dibaca oleh Abu Bakar , sampai-sampai gue tak kuasa mengangkat kedua kakiku , hingga gue tertunduk ke tanah saat gue mendengar Abu Bakar membacanya. Kini gue sudah tahu bahwa nabi memang sudah meninggal.”Dalam riwayat al-Bukhari lainnya , Umar berkata :
“Maka orang-orang menabahkan hati mereka sambil tetap mengucurkan air mata. Lalu orang-orang Anshor berkumpul di sekitar Sa`ad bin Ubadah yang berada di Saqifah Bani Sa`idah”. Mereka berkata : “Dari kalangan kami (Anshor) ada pemimpin , demikian pula dari kalangan kalian!”. Maka Abu Bakar , Umar dan Abu Ubaidah bin al-Jarroh mendekati mereka. Umar mulai bicara , namun segera dihentikan Abu Bakar. Dalam hal ini Umar berkata : “Demi Tuhan , yang kuinginkan gotong royong hanyalah mengungkapkan hal yang menurutku sangat bagus. Aku khawatir Abu Bakar tidak menyampaikannya”. Kemudian Abu Bakar bicara , ternyata dia orang yang terfasih dalam ucapannya , dia berkata : “Kami yakni pemimpin , sedangkan kalian yakni para menteri.” Habbab bin al-Mundzir menanggapi : “Tidak , demi Tuhan kami tidak akan melakukannya , dari kami ada pemimpin dan dari kalian juga ada pemimpin.” Abu Bakar menjawab : “Tidak , kami yakni pemimpin , sedangkan kalian yakni para menteri. Mereka (kaum Muhajirin) yakni suku Arab yang paling adil , yang paling mulia dan paling baik nasabnya. Maka baiatlah Umar atau Abu Ubaidah bin al-Jarroh.” Maka Umar menyela : “Bahkan kami akan membai`atmu. Engkau yakni sayyid kami , orang yang terbaik diantara kami dan paling dicintai Rasulullah.” Umar lalu memegang tangan Abu Bakar dan membai`atnya yang kemudian diikuti oleh orang banyak. Lalu ada seorang yang berkata : “Kalian telah membunuh (hak khalifah) Sa`ad (bin Ubadah).” Maka Umar berkata : “Allah yang telah membunuhnya.” (Riwayat Bukhari)Menurut `ulama jago sejarah , Abu Bakar menerima jasa memerah susu kambing untuk penduduk desa. Ketika dia telah dibai`at menjadi khalifah , ada seorang wanita desa berkata :
“sekarang Abu Bakar tidak akan lagi memerahkan susu kambing kami.” Perkataan itu didengar oleh Abu Bakar sehingga dia berkata : “tidak , bahkan gue akan tetap menerima jasa memerah susu kambing kalian. Sesungguhnya gue berharap dengan jabatan yang telah gue sandang sekarang ini sama sekali tidak merubah kebiasaanku di masa silam.”Terbukti , Abu Bakar tetap memerahkan susu kambing-kambing mereka.Ketika Abu Bakar diangkat sebagai khalifah , dia memerintahkan Umar untuk mengurusi urusan haji kaum muslimin. Barulah pada tahun berikutnya Abu Bakar menunaikan haji. Sedangkan untuk ibadah umroh , dia lakukan pada bulan Rajab tahun 12 H. dia memasuki kota Makkah sekitar waktu dhuha dan langsung menuju rumahnya. Beliau ditemani oleh beberapa orang perjaka yang sedang berbincang-bincang dengannya. Lalu dikatakan kepada Abu Quhafah (Ayahnya Abu Bakar) : “ini putramu (telah datang)!”.
Maka Abu Quhafah bangkit dari tempatnya. Abu Bakar bergegas menyuruh untanya untuk bersimpuh. Beliau turun dari untanya saat unta itu belum sempat bersimpuh dengan sempurna sambil berkata : “Wahai ayahku , janganlah anda berdiri!” Lalu Abu Bakar memeluk Abu Quhafah dan mengecup keningnya. Tentu saja Abu Quhafah menangis sebagai luapan rasa bahagia dengan kedatangan putranya tersebut.
Setelah itu datanglah beberapa tokoh kota Makkah menyerupai Attab bin Usaid , Suhail bin Amru , Ikrimah bin Abi Jahal , dan al-Harits bin Hisyam. Mereka semua mengucapkan salam kepada Abu Bakar : “Assalamu`alaika wahai khalifah Rasulullah!” mereka semua menjabat tangan Abu Bakar. Lalu Abu Quhafah berkata : “Wahai Atiq (julukan Abu Bakar) , mereka itu yakni orang-orang (yang baik). Oleh alasannya yaitu itu , jalinlah persahabatan yang baik dengan mereka!” Abu Bakar berkata : “Wahai ayahku , tidak ada daya dan upaya kecuali hanya dengan pertolongan Allah. Aku telah diberi beban yang sangat berat , tentu saja gue tidak akan memiliki kekuatan untuk menanggungnya kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Lalu Abu Bakar berkata : “Apakah ada orang yang akan mengadukan sebuah perbuatan dzalim?” Ternyata tidak ada seorangpun yang datang kepada Abu Bakar untuk melapor sebuah kedzaliman. Semua orang malah menyanjung pemimpin mereka tersebut.
Wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiiq
Menurut para `ulama jago sejarah Abu Bakar meninggal dunia pada malam selasa , tepatnya antara waktu maghrib dan isya pada tanggal 8 Jumadil awal 13 H. Usia dia saat meninggal dunia yakni 63 tahun. Beliau berwasiat biar jenazahnya dimandikan oleh Asma` binti Umais , istri beliau. Kemudian dia dimakamkan di samping makam Rasulullah. Umar mensholati jenazahnya diantara makam Nabi dan mimbar (ar-Raudhah). Sedangkan yang turun langsung ke dalam liang lahat yakni putranya yang bernama Abdurrahman (bin Abi Bakar) , Umar , Utsman , dan Thalhah bin Ubaidillah.Sumber :
- Al-Bidayah wan Nihayah , Masa Khulafa’ur Rasyidin Tartib wa Tahdzib Kitab al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir.
- Shifatush-Shofwah karya Ibnul Jauzi. Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah -Al-Kabaa`ir karya Adz-Dzahabi.
Komentar
Posting Komentar